Minggu, 15 November 2009

CICAK VERSUS BUAYA

Tersebutlah seorang Kepala Desa yang amat kaya dan berkuasa.Kepala Desa tersebut memiliki seorang putri yang amat cantik bernama Delima.
Rata - rata penduduk di desa itu amat miskin. Kebanyakan dari mereka bekerja di ladang milik sang Kepala atau di ladang milik pembantu - pembantunya dengan penghasilan yang jauh dari cukup.
Tersebutlah pula di desa itu seorang janda miskin dengan empat orang puteranya. Jarak antara putera satu dengan yang berikutnya hanya dua tahun. Ketika sang sulung beranjak dewasa, dia ingin sekali meminang anak sang kepala desa.. Ia kemudian meminta ibunya untuk melamarkan. Sang Ibu ketakutan mendengar niat anaknya. Namun karena tekad si sulung begitu keras, maka akhirnya sang ibu pasrah juga dan pergilah dia ke kediaman Kepala Desa yang super mewah.
Si Kepala tentu saja tidak senang dengan pinangan si janda miskin tersebut, bukan saja karena yang melamar itu adalah putera si janda miskin. Tetapi juga karena puterinya masih amat muda. Putrinya berusia sepuluh tahun lebih muda dari anak sulung si janda.
Tapi untuk menutupi ketidaksukaannya ia kemudian mengajukan syarat.. ' Baiklah, anakmu haruslah menjadi anak yang tidak pernah marah seperti diriku karena itu suruhlah dia bekerja untukku selama tiga bulan ini, aku ingin melihat perilakunya apakah dia layak menjadi mantuku atau tidak.'
Gembiralah hati si Ibu mendengarnya.. maka pulanglah dia memberi tahu puteranya dan esoknya berangkatlah si Sulung bekerja untuk sang Kepala.
Si Sulung di tugaskan bekerja di sebuah ladang baru yang luas milik sang kepala. Setiap hari si Sulung bekerja dengan giat, namun celakanya dia tidak pernah di beri makan dan minum ketika waktu istirahat tiba.. bahkan dia pun tidak digaji saat akhir bulan.
Tidak terasa tiga bulan berlalu.. namun si Kepala tak kunjung datang. Enam bulan berlalu.. si Kepala pun tidak datang - datang. Akhirnya setelah setahun barulah si kepala datang.Sang kepala senang melihat hasil kerja si sulung, namun ketika di lihatnya muka si sulung cemberut, keningnya jadi berkerut.'Mengapa Sulung? Mengapa mukamu cemberut?', tanyanya.
' Bagaimana tidak cemberut? Janjinya kerja tiga bulan, malah kerja setahun, sudah tidak diupah, tidak diberi makan pula?' jawab si Sulung. 'Maerahkah kau padaku Sulung?',tanya kepala desa. ' Tentu saja aku marah,' jawab si sulung. ' Kalau begitu, menyesal sekali kamu tidak bisa menjadi mantuku..bukankah sudah kukatakan untuk tidak boleh marah?', kata kepala desa sambil tersenyum karena tentu saja ia memang sengaja membuat dan mengharapkan sulung marah agar dia tidak perlu mendapat mantu miskin.
Si sulung pun pulang dengan tangan hampa dan kesedihan yang mendalam karena merasa tertipu.
Sepeninggal si sulung, adik-adik si sulung yang kedua dan ketiga susul menyusul melamar sang putri.. namun mereka pun bernasib sama dengan si sulung.
Akhirnya tibahalah giliran si bungsu.. Ia pun berniat meminang sang putri yang memang merupakan kembang desa. Ia pun memohon kepada ibunya untuk dilamarkan.
Ibunya yang sudah kapok melamarkan anak - anaknya berusaha mencegahnya, namun si bungsu berkata pada ibunya. 'Ibu, aku berjanji, kali ini akan kudapatkan putri kepala yang licik dan sombong itu.'
Singkat cerita setelah ibunya menghadap si kepala, si bungsu pun ditugaskan mengurus ladang si kepala yang luasnya minta ampun. Dan karena si kepala ingin membuat kapok anak - anak si ibu renta itu, sekali ini ia mengunjungi bungsu setelah lima tahun.
Betapa terkejutnya dia ketika melihat ladangnya sudah menjadi hutan belantara, dipanggilnya bungsu.. 'Bungsu', katanya,"apa kamu tidak bekerja? Mengapa ladangku sudah menjadi hutan seperti ini?' Si bungsu menjawab,"Tentu saja aku bekerja tuanku, namun karena ladang tuanku luarbiasa luas maka tiap kali aku mengerjakan sebahagian, maka mebahagian lagi tumbuh.'. 'Ah..kamu cari - cari alasan bungsu..bilang saja kamu pemalas.'. 'Apakah tuanku marah padaku karena hasil kerjaku ini?'tanya Bungsu dengan tenang. 'Ti..Tidak..tentu saja aku tidak marah,' kata sang Kepala, karena ia tidak mau menarik ludahnya sendiri bahwa tidak boleh marah. 'Kalau begitu, begini bungsu, besok kau bantu aku dan pegawaiku memetik sayur, sehingga karung besar milikku penuh sebelum tengah hari.'katanya sambil meninggalkan Bungsu. Sebenarnya ini adalah cara licik untuk membuat Bungsu menyerah karena karung si kepala sangat besar sebesar tiga gerobak yang digabung jadi satu dan tidak mungkin menyelesaikannya setengah hari saja. Namun demikian si Bungsu menyamnggupi, 'Baiklah tuanku, katanya.
Keesokan harinya pergilah si bungsu bersama pegawai dan sang kepala. Saat pegawai dan sang kepala sedang asyik memetik sayur, si bungsu masuk ke dalam karung sehingga padatlah karung itu dan panjangnya hampir mencapai tiga gerobak.
Sang kepala setelah lelah memetik sayur, merasa heran karena karung itu tiba - tiba penuh. Ia berpikir tentu si Bungsu bekerja terlalu keras sehingga berhasil memetik sayur sebanyak itu. Setelah mencari dan memangil - manggil si bungsu akhirnya sang kepala dan pegawai pun mengangkat karung yang berat itu dan pulang. Mereka berpikir mungkin si bungsu tertidur saking lelahnya dan memutuskan meninggalkannya.
Namun alangkah kagetnya sang kepala saat tiba di rumahnya, tiba - tiba si bungsu keluar dari karung. Sang kepala yang gusar lalu bertanya, "Apa yang kau lakukan bungsu?" Si Bungsu denan tenang menjawab," Bukankah paduka memintaku untuk memenuhi karung besar itu sebelum tengah hari, nah dengan masuk di dalamnya artinya aku telah memenuhi permintaan tuanku. Apakah sekarang Tuanku marah padaku?". Ti..Tidak..tentu saja aku tidak marah,' kata sang Kepala, karena ia tidak mau menarik ludahnya sendiri bahwa tidak boleh marah. "Kalau begitu sekarang begini Bungsu.. Engkau masaklah gula merah itu dan berikan padaku sesendok bila sudah selesai.".
Si bungsu lalu melaksanakan perintah itu..dimasaknya gula merah sang kepala. Ketika sedang asik memasak, tiba - tiba dilihatnya putri sang kepala yaitu Delima. Melihat kecantikan Delima, si bungsu meninggalkan pekerjaannya dan pergilah ia bercakap - cakap denagn Delima sang pujaan hati. Delima juga amat senag bersama si bungsu yang selain tampan juga humoris. Mereka bercaka - cakap sampai tidak terasa hari sudah menjelang sore.
Ketika si bungsu kembali melihat gula yang dimasaknya, ternyata gula merah itu sudah meluber keluar dari panci perebusannya karena ditinggal terlalu lama. Bisa di bayangkan betapa marahnya sang kepala ketika melihat gulanya tinggal sesendok saja. Namun dengan tenang si Bungsu menjawab, "Bukankah tuanku emang cuman minta sesendok saja? Apakah tuanku marah padaku?". Ti..Tidak..tentu saja aku tidak marah,' kata sang Kepala, karena ia tidak mau menarik ludahnya sendiri bahwa tidak boleh marah.
Keeseokannya si kepala menugaskan si bungsu untuk memberi makan singanya..namun si Bungsu tidak diberinya duit untuk membeli daging. Ia berpikir tentu si bungsu akan segera menjadi santapan singa yang lapar itu.
Si bungsu yang cerdik melepas singa lapar ke peternakan kambing milik sang kepala. Sang Kepala dan gembalanya begitu kaget melihat singa kelaparan dengan buasnya menelan beberapa ekor kambing peliharaannya. Ketika dia memanggil si bungsu, dengan tenang si Bungsu menjawab, "Bukankah tuanku memintku memberi makan singa? Apapun yang dimakannya tidak jadi soal, yang penting aku telah menunaikan tugasku. Apakah tuanku marah padaku?" Tentu saja aku marah Bungsu, engkau orang tercerdik dan orang tidak pernah marah yang pernah kutemui' kata sang Kepala, Aku minta maaf telah memperdaya saudara - saudaramu. Mulai saat ini aku berjanji untuk tidak mencurangi dan sewenang - wenang pada orang lain. Dan.. engkaupun boleh menikahi Delima putriku, sesuai janjiku padamu."
Kisah di atas mengajarkan pada kita bahwa hendaklah kita jangan mencurangi dan sewenang - wenang pada orang lain. Ingatlah saat serangga menyadari punya sayap, laba - laba pun menyadari punya jaring. Cicak pun kalau demikian akan berani lawan buaya. Bagaimana menurut anda?

Kamis, 12 November 2009

BUMI DAN LANGIT

Kata orang sukses itu terjadi akibat keselarasan antara bumi dan langit. Kerja keras, semangat, ambisi, bakat, potensi, kepandaian dan optimisme adalah perlambang bumi. Sedang keberuntungan, kemudahan dalam pencapaian serta ilham adalah dari langit.
Seringkali orang bekerja keras, namun dia tidak menemukan ilham bagaimana membuat usahanya lebih maju. Dengan demikian tidak selaraslah bumi dengan langit.
Sebaliknya ada orang yang berharap keberuntungan namun tidak dibarengi dengan kerja keras maka dia juga tidak menyelaraskan bumi dan langit.
Saya setuju dengan pernyataan di atas yang menyatakan Kesuksesan adalah selarasnya bumi dan langit. Bagamana menurut anda?

KOPI

gambar dari isenkdoank.wordpress.com/.../05/secangkir-kopi

Aku bukanlah seorang pecinta kopi. Kopi membuat jantungku berdebar lebih kencang. Tapi karena teman dan relasi biasa memilih kafe untuk membicarakan bisnis dengan lebih santai maka terkadang aku juga nongkrong di sana.
Suatu hari saat sedang menikmati kopi hangat, Temanku menyeletuk, ¨ Rakyat itu seperti kopi. Bila kopinya nikmat seperti ini tentu yang dipuji adalah pembuatnya sedang bila kopinya pahit atau kurang sedap maka yang dihujat adalah kopinya.¨
¨ Demikian juga rakyat,¨ lanjutnya, ¨ Bila rakyatnya baik tentu yang dipuji pemerintahnya, sedangkan bila rakyatnya buruk kelakuannya, maka yang dicela adalah rakyatnya.¨
¨ Oh begitu,¨ kataku. Aku tidak membenarkan ataupun menampik pendapatnya. Tentunya semua orang boleh berpendapat bukan? Bagaimana menurut anda?

Senin, 09 November 2009

PESTA

Saya biasa ke pesta. Saat di pesta itulah di mana makanan yang disediakan hanya secukupnya sedang tamu berjubel, maka tamu - tamu itu kadang tidak perduli dengan statusnya. Mereka berebutan dan adu sikut demi mendapatkan makanan.
Kata orang bijak, adu sikut untuk memperebutkan kepentingan itu tidak sesuai dengan fitrah kita sebab sel saja yang merupakan bagian terkecil dari tubuh kita rela berkorban demi kelangsungan hidup sel lainnya..bahkan sel sperma yang berjumlah dua ratus juta sekali ejakulasi yang katanya saling bersaing menuju sang ovum sendiri itupun rela berkorban mematikan dirinya agar sel sperma lainnya bisa terus hidup dan mencapai ovum..bersaing sebenarnya bukanlah fitrah. Manusia lain bukanlah lawan kita tapi partner kerja kita di dunia ini. Bagaimana menurut anda?