Sabtu, 10 April 2010

JAM TANGAN


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana saya sanggup, sebelum itu terjadi tentu saya sudah rusak binasa?"
"Bagaimana kalau 86,400 kali saja dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.
"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja sang jam ragu dengan kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada sang jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaah..kalau begitu saja tentu aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlaludan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu
tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali!
Sering kita ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya. Bagaimana menurut anda?

KONFLIK INTERNAL

Ketika sedang jalan - jalan pagi, Aku merenungkan apa yang terjadi pada bangsa ini, di mana konflik terjadi di mana - mana. Korupsi, pencemaran nama baik, demonstrasi dan kerusuhan solah tidak henti - hentinya menggoyang keutuhan bangsa ini.
Kemerdekaan bangsa kita memang sudah lama terjadi. Perlu puluhan bahkan ratusan tahun bagi sebuah bangsa untuk menaklukkan sebuah bangsa, namun cukup kurang dari sepuluh tahun bagi sebuah bangsa untuk menghancurkan dirinya sendiri.
Konflik eksternal bisa membuat sebuah bangsa menjadi semakin kuat dan bersatu namun banyak bangsa tidak bisa bertahan oleh konflik internalnya. Karena itu diperlukan berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik - konflik internal di dalam bangsa kita sehingga tidak dipandang enteng oleh bangsa lain. Bagaimana menurut anda?

KUE


Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.
Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.
Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya.
Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: ("Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!"). Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu.
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir ("Ya ampun orang ini berani sekali"), dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan, dan ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih!".
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.
Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yang patut disingkirkan, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalu bikin masalah, orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.
Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang
tidak tahu terima kasih.Kita sering mempengaruhi, mengomentari,mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya. Bagaimana menurut anda?

UANG 50000


Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain. Tiba – tiba datanglah seorang Kakek yang lalu menghampiri mereka, dan berkata, “Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke tanah dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. Kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita di atas yaitu apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000.
Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau ‘Yang kita piker bakal terjadi’, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Kita tetap tak ternilai di mata Allah.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci. Bagaimana menurut anda?

BIBIT


Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”
Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.
Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut…Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Jika kuteroboskan tunasku keatas, Bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan terkoyak oleh siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Sepertinya akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.
Seringkali di dalam hidup ini kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.Tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita. Bagaimana menurut anda?

Sabtu, 03 April 2010

RACUN


GAMBAR dr.www.jerigen.com
Kisah ini terjadi di Cina pada zaman dahulu. Ada seorang wanita yang bernama Ling Moi, ia merupakan istri dari Yong Ko, seorang pria yang hidup mapan, dan mempunyai seorang ibu. Ling Moi, merupakan seorang istri yang baik. Namun ia merasakan bahwa mertuanya, ibu dari suaminya Yong Ko, sangat tidak menyukainya. Ia merasakan bahwa apapun yang ia lakukan salah di hadapan mertuanya. Ling Moi merasa bahwa mertuanya ini sangat tidak menyenangkan. Ia merasakan bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya. Kepribadian mereka berbeda. Ling Moi merasa dikritik terus oleh mertuanya ini. Waktu berjalan, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, Ling Moi merasa sudah tidak nyaman lagi dengan mertuanya ini.
Walau tidak terjadi pertengkaran mulut, namun suasana saling diam itu berlangsung antara Ling Moi dan mertuanya. Suasana ini juga membuat Yong Ko menjadi serba salah dan tidak tenang.
Akhirnya Ling Moi merasa tidak tahan lagi dengan sikap mertuanya, dan memutuskan untuk mengambil tindakan.
Ling Moi akhirnya memutuskan menemui Liu Shinse, sahabat baik ayahnya, yang punya usaha pengobatan tradisional Cina. Ia berkeluh kesah, menceritakan segala keburukan sikap mertuanya yang dirasakannya, dan berharap agar Liu Shinse mau memberikannya sebuah racun untuk mertuanya ini agar semua keributan dan ketegangan dapat hilang.
Liu Shinse diam sejenak mendengarkan semua ucapan Ling Moi, kemudian dia berkata,”Oke, saya akan membantu kamu. Saya akan memberikan sebuah racun yang ampuh buat mertuamu. Racun yang membunuh perlahan-lahan, jadi tidak mendadak, agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang. Racun ini akan bekerja setahun, jadi kalau mulai dipakai, setahun kemudian orang yang memakan racun ini akan mati. Nah, kamu harus melakukan apa yang saya sarankan, kamu bersedia?”
“Ya,..saya bersedia Liu Shinse. Saya akan melakukan apapun agar ketegangan yang ada selama ini bisa hilang,”jawab Ling Moi.
“Oke. Kamu masakkan makanan yang enak-enak buat mertuamu itu, dan campurkan racun ini di setiap hari masakan kamu, jadi racun ini bekerja sedikit demi sedikit. Nah, untuk tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang pada waktu ia meninggal, kamu harus bersikap baik dan bertindak ramah terhadap mertuamu itu. Janganlah berdebat dengannya, taati kata-katanya, perlakukan dia seperti kamu memperlakukan ayah ibumu dulu,”jelas Liu Shinse pada Ling Moi.
“Oke. saya akan lakukan apa yang Liu Shinse sarankan,”jawab Ling Moi sambil menerima racun itu. Lantas ia pun pulang ke rumah dengan berseri-seri.
Ia pun melakukan apa yang diperintahkan Liu Shinse. Ia setiap harinya memasakkan makanan-makanan enak buat mertuanya, dan bersikap baik dan ramah pada mertuanya. Ia pun menghindari perdebatan dengan mertuanya. Ia belajar mengendalikan emosinya, menghormati mertuanya, agar orang-orang tidak curiga padanya nanti.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu. Ling Moi bersikap baik pada ibu mertuanya, melayani dengan baik, memasakkan makanan yang enak setiap harinya, dan tidak berdebat lagi. Ia sudah belajar mengendalikan emosinya, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri.
Sepuluh bulan berlalu. Rumah yang biasanya penuh ketegangan dan keributan, menjadi damai dan tenang. Tidak pernah lagi terdengar cekcok antara Ling Moi dan mertuanya. Sekalipun ada perbedaan pendapat, Ling Moi tidak lagi berdebat dengan mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih ramah, baik, enak diajak ngobrol dan mudah ditemani. Semuanya berubah.
Sikap ibu mertua berubah jauh dirasakan Ling Moi. Mertuanya dirasakan sangat baik dan mempunyai kepribadian yang ternyata menyenangkan, sama seperti ibunya Ling Moi. Mertuanya pun terus bercerita pada teman-temannya bahwa Ling Moi adalah menantu yang baik. Hubungan mereka berjalan seperti layaknya seorang ibu dan anak.
Memasuki bulan ke-11, Ling Moi merasa gelisah. Ia merasa berdosa besar telah memberikan racun pada mertuanya yang ternyata berhati baik dan mempunyai kepribadian menyenangkan pada dirinya. Ia bergegas menemui Liu Shinse untuk minta pertolongan.
“Liu Shinse…tolonglah saya. Saya merasa berdosa sekali terhadap ibu mertua saya. Saya telah memberikan racun yang dulu saya minta, selama 11 bulan berjalan ini. Ibu mertua saya ini baik sekali dan menghargai semua pendapat-pendapatku. Saya mohon agar Liu Shinse dapat memberikan penawar buat racun yang sudah saya berikan ini.. Saya mohon… Saya tidak ingin ibu mertua saya meninggal… Saya mohon..tolong berikan penawarnya…” Pinta Ling Moi pada Liu Shinse.
Liu Shinse hanya tersenyum, “Ling Moi, kamu tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun agar kamu berikan pada ibu mertuamu. Yang saya berikan dulu dan kamu campurkan ke dalam masakanmu itu adalah vitamin. Satu-satunya racun yang pernah ada adalah di dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semuanya sekarang sudah lenyap berkat kasih sayang yang engkau berikan pada ibu mertuamu..
Benarlah kata sebuah ayat di dalam Al Qur-an, bahwa terkdang kita tidak menyukai sesuatu namun sesuatu itu baik bagi kita dan terkadang kita membenci sesuatu padahal itu baik bagi kita.Bagaimana menurut anda?

TIDUR

Menurut para ahli rata - rata orang menggunakan sepertiga dari umurnya untuk tidur. Jadi kalau seseorang berumur enam puluh tahun maka ia akan menggunakan dua puluh tahun untuk tidur sedang bila ia hanya berumur tiga puluh tahun maka tentulah ia sudah menggunakan sepuluh tahun untuk tidur.
Tidur adalah anugrah kenikmatan yang nyata yang diberikan Tuhan kepada hambanya. Dengan tidur kita laksana bayi yang kembali ke hangatnya perlindungan rahim itu..dan memamng kita membutuhkan itu, setua berapapun umur kita.
Saat kita tidur, setiap sel ditubuhnya kita menjadi rileks dan beristirahat, kecuali beberapa yang tetap menjalankan tugasnya memutar roda kehidupan kita seperti jantung, paru - paru dan otak kita.
Di dalam tidur, alam bawah sadar kita tetap bekerja, mengekspresikan harapan ataupun ketakutan kita dalam bentuk mimpi. Namun kadang juga tidak mengekspresikan apa - apa sehingga kita tidak mampu mengingat mimpi kita semalam. Bila kita kebanyakan bermimpi maka tubuh kita terbangun keesokan harinya dalam keadaan sangat lelah.
Tidur yang terbaik adalah tidur tanpa bermimpi sebab dengan demikian tubuh kita menjadi rileks sempurna. Tidur tanpa mimpi ini menyembuhkan pula kita dari segala penat derita baik dari jiwa maupun raga kita.
Jika merenungkan betapa besarnya karunia Tuhan dalam tidur, maka sungguh amat tidak patutlah bila kita tidak mau bersyukur kepada-Nya. Bagaimana menurut anda?

SELIR

Dahulu kala di Cina tersebutlah seseorang yang dikenal sangat piawai dalam ilmu perang yaitu Sun Tsu. Sun Tsu hidup di masa Cina dalam kondisi kemelut perang yang tiada henti. Namun berkat kehebatannya sebagai panglima perang raja, akhirnya negeri besar tersebut berhasil dipersatukan.
Namun sang Kaisar tetap tidak puas. Ia merasa bahwa keselamatannya masih tetap terancam dan ingin agar orang – orang terdekatnya yaitu selir – selirnya dilatih ilmu perang sehingga bisa melindungi sang kaisar. Para selir tertawa cekikian mendengar berita tersebut, namun mereka takut menolaknya.
Singkat cerita selir – selir kaisar tersebut dilatih oleh seorang perwira yang merupakan anak buah Sun Tsu yang cukup piawai. Namun setelah enam bulan ternyata tidak ada kemajuan apapun dari selir – selir tersebut. Mereka terkesan main – main selama latihan sehingga sang perwira sangat kesulitan dan tidak berdaya melatih karena mereka adalah selir – selir kaisar.
Karena si perwira tidak mampu, maka atas kesepakatan kaisar dengan para menterinya maka pelatihan selir – selir kaisar diserahkan langsung kepada Sun Tsu. Sun Tsu bersedia asal ia diberi kewenangan penuh lengkap dengan stempel mandat, gaji dan target pencapaian.
Awalnya Sun Tsu pun kesulitan mengatur selir – selir kaisar. Akhirnya setelah diamati ternyata ada seorang yang menjadi biang kerok di antara selir – selir tersebut. Ia adalah selir kaisar yang tercantik dan terpandai sehingga kaisar amat sangat menyayanginya.
Mengingat kewenangan penuh yang dimilikinya, Sun Tsu pun menghunus pedangnya dan memenggal kepala si selir cantik. Sang kaisar terbelalak, namun tidak bisa berbuat apa – apa karena ia telah memberi Sun Tsu kewenangan penuh.
Dengan penuh wibawa Sun Tsu berkata kepada para selir lainnya yang gemetar ketakutan, ¨Siapa lagi yang ingin bernasib sama kehilangan kepala, maka silahkan berlatih main – main.¨.
Akhirnya, hingga program latihan selesai, seluruh selir berlatih sungguh – sungguh dan disiplin sehingga visi dan misi raja yang ingin menjadikan selir – selirnya sebagai pelindungnya tercapai.
Memang untuk menegakkan sesuatu visi dan misi kita harus berusaha keras, berpegang teguh dan berkomitmen untuk sungguh – sungguh melakukannya. Bagaimana menurut anda?

KUPU – KUPU



Seorang anak mengamati kupu – kupu yang keluar dari kepompong yang menyelubunginya. Di hari pertama pengamatannya, sekeras bagaimanapun si kupu – kupu berusaha, ia tidak kunjung bisa keluar dari sempitnya kepompong. Di hari kedua pun keadaannya tidak jauh berbeda, hanya kali ini si kupu – kupu berhasil mengeluarkan kepalanya, namun seluruh badannya masih tetap berada di dalam kepompong.
Si anak menjadi tidak sabar, di hari ketiga diguntingnya badan kepompong sehingga kupu – kupu tersebut dengan mudah dapat keluar.
Namun apa yang terjadi, si kupu – kupu menamg sudah bebas, namun kini ia tidak bisa terbang. Tiga hari sudah si anak menunggu, namun si kupu – kupu tetap tidak terbang. Dari situs yang dibacanya di internet pahamlah dia bahwa tindakannya yang menggunting kepompong ternyata salah. Kupu – kupu itu memang tetap harus berjuang keluar dari kepompong karena tindakan itu berfungsi memeras air dari tubuh dan dari sayap sehingga kupu – kupu itu dapat terbang.
Benarlah kata pepatah bahwa hidup ini Perjuangan. Kita tidak akan mencapai apa – apa kalau tidak mau berjuang dan hanya mengharap bantuan orang lain. Dengan berjuang kita menjadi lebih kuat dan lebih terampil dalam memaknai dan mengarungi hidup ini. Bagaimana menurut anda?

KATA

Jhon C. Maxwel dalam bukunya Becoming a person of influence (1997) mengatakan,´Kata yang paling tidak penting adalah AKU. Kata yang paling penting adalah KITA. Dua kata yang paling penting adalah TERIMA KASIH, Tiga kata yang paling penting adalah SEMUANYA SUDAH DIMAAFKAN. Empat kata yang paling penting adalah APA SEBENARNYA PENDAPAT ANDA?, Lima kata yang paling penting adalah ANDA SUDAH MENYELESAIKAN PEKERJAAN HEBAT dan enam kata yang paling penting adalah AKU INGIN MEMAHAMI ANDA LEBIH BAIK.
Kata kuncinya adalah perlakukan orang lain seolah – olah ia adalah orang yang paling penting di dunia. Bagaimana menurut anda?