Sabtu, 25 Juni 2011

ALIRAN SUNGAI



Blogku tersayang... lama juga aku gak posting lagi.. ternyata emang benar bahwa hidup itu seperti daun yang mengalir bersama sungai. Kadang kita menagalir lancar.. kadang pula kita tersandung akar yang membuat kita harus begitu lama tertinggal di sebuah tempat untuk kemudian ikut mengalir lagi..
Kadang kita mengalir searah arus, kadang pula kita begitu kepala batu sehingga melawan arus... namun bila kita melawan arus kita harus memiliki energi dan keberanian yang besar.
Apapun hasil tidak penting.. yang penting adalah bagaimana memaknai apa yang telah kita capai dari aliran sungai yang telah kita tinggalkan untuk menghadapi masa depan di aliran sungai berikutnya.. Bagaimana menurut anda?

Minggu, 27 Juni 2010

BENJAMIN DISRAELI


Benjamin Disraeli, 1st Earl of Beaconsfield (lahir di London, 21 Desember 1804 – meninggal di London, 19 April 1881 pada umur 76 tahun) ialah seorang politikus dan penulis Yahudi Inggris yang memeluk Anglikan. Ia memperbaharui perkembangan Partai Konservatif dengan pandangan-pandangan politik dan pendudukannya. Ia menjadi perdana menteri dalam 2 kali masa jabatan pada 1868 dan 1874-1880. Pada masanya, Inggris membeli saham Mesir di Terusan Suez.
Walaupun Disraeli merupakan tokoh utama dalam sayap fahaman perlindungan Parti Konservatif selepas tahun 1844, hubungannya dengan tokoh-tokoh partinya yang lain, khususnya Lord Derby, ketua utama, seringnya sangat tegang. Tidaklah sehingga dekad 1860-an bahawa Derby dan Disraeli menjadi lebih mesra dan dengan itu, pewarisan oleh Disraeli terjamin. Sejak tahun 1852, kejayaan Disraeli juga ditandai oleh persaingannya yang hebat dengan William Gladstone. Gladstone kemudian menjadi ketua Parti Liberal. Dalam persaingan itu, Disraeli dibantu oleh persahabatannya yang mesra dengan Ratu Victoria yang kemudian sangat benci akan Gladstone semasa penggal pertama Gladstone sebagai perdana menteri pada dekad 1870-an. Pada tahun 1876, Disraeli dinaikkan ke taraf bangsawan sebagai Earl Beaconsfield selepas empat dekad dalam Dewan Rakyat.
Kedua orang ini memiliki perbedaan yang sangat jelas karena sering kali dalam berpolitik, mereka berseberangan. Suatu ketika, ada seorang wanita diundang untuk jamuan makan dengan kedua orang terpandang ini. Setelah itu, si wanita ini dimintai pendapatnya.
Saat jamuan makan dengan William Gladstone selesai, sang wanita tersebut mengatakan, "Wah, setelah ngobrol dengan William Gladstone. Saya merasa ia adalah orang yang terpandai di Inggris."
Namun, menariknya, setelah jamuan makan malam dengan Benjamin Disraeli selesai, sang wanita itu berkata dengan bangga dan puas, "Setelah ngobrol dengan Mr. Disraeli, saya merasa sayalah orang yang terpandai di Inggris."
Nah, pembaca, setelah mendengarkan kisah ini, tipe orang seperti manakah yang Anda akan senang ajak bicara? Manakah yang akan bisa mempertahankan hubungan yang lebih langgeng dan jangka panjang? Anda pasti bisa menebaknya! Bagaimana Menurut anda?

BELAJAR

Ingatlah ketika Kita masih kecil, dan mencoba belajar berjalan. Pertama Kita harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Kita kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu kita menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Kita bahwa Kita akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Kita punya motivasi dalam diri.
Setelah banyak berlatih akhirnya Kita mengerti bagaimana keseimbangan diri Kita, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Kita menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Kita akan berdiri dimana Kita suka. Itu adalah waktu yang menggembirakan – Kita melakukannya! Kita dapat mengontrol diri Kita. Kita tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Kita.
Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Kita melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Kita saat Kita berdiri, kan?
Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Kita bayangkan. Kita berurusan dengan rasa frustasi. Tapi Kita terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Kita tahu bagaimana berjalan. Kita selalu ingin kedua tangan kita diberi pegangan saat berjalan.
Jika orang melihat Kita berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pkitainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Kita; dorongan itu menambah rasa percaya diri Kita. Dorongan itu memotivasi Kita
Namun meski begitu, Kitapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Kita, saat tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Kita berlatih untuk berjalan. Kita tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Kita untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Kita belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.
Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.
Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.
Jika Kita sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Kita membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Kita yang telah lewat – Lihatlah prestasi Kita, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Kita bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat kita menghadapi permasalahan yang sedang kita hadapi.
Lihatlah buah hati kita. Mereka juga tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap kita, bahwa kita mampu dan bisa. Mereka percaya di dalam semua kehidupan Kita! Sekarang Kita harus percaya pada diri Kita! Yakinkan pada hati Kita Bahwa Kita pasti bisa. Bagaimana menurut anda?

KISAH KATAK


Tersebutlah seekor anak katak yang gundah saat melihat langit tiba-tiba mendung gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut. “Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya. “Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang kadang tampak menakutkan.
“Blarrr!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih itu semakin menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa berkata apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya, tetapii juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.
“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.
Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”
Anugerah Tuhan terkadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak pula disegarkan dengan wewangian harum. Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut hanya karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang dijanjikan tersebut, pasti akan datang. Percayalah, setelah awan gelap ini, setelah hembusan angin yang ini, setelah sambaran petir yang ini, hujan itu akan turun. Bagaimana menurut anda?

Sabtu, 12 Juni 2010

KAMPUNG

Seorang bijak sedang bermain catur dengan kawannya.. tiba - tiba datanglah seorang pemuda yang menunggang kuda. Tanpa turun dari kuda pemuda itu bertanya," Wahai pak Tua, bagaimana Perihal orang - orang yang di kampung seberang itu?..soalnya saya berencana pindah ke sana besok."
Orang bijak itu bukannyannya menjawab, malah balik bertanya,"Bagaimana Perihal orang - orang yang di kampung tempat kamu tinggal sebelumnya?". Pemuda itu menjawab," Mereka semua orang yang culas dan sombong.. perangai mereka buruk." Sang bijak menjawab," Orang - orang di kampung seberang itu pun begitu perangainya.". Mendengar jawaban itu, tanpa mengucapkan terima kasih si pemuda itupun pergi dengan meninggalkan debu yang mengepul tebal di belakangnya.
Sejam kemudian datanglah pemuda yang lain, namun berbeda dengan orang sebelumnya, pemuda kali ini turun dari kudanya dan dengan tersenum sopan ia bertanya, " Maafkan bila kehadiran saya mengganggu keasyikan bapak - bapak.. Saya cuma ingin bertanya bagaimana Perihal orang - orang yang di kampung seberang itu?..soalnya saya berencana pindah ke sana besok". Seperti sebelumnya, Orang bijak itu malah balik bertanya,"Bagaimana Perihal orang - orang yang di kampung tempat kamu tinggal sebelumnya?". Pemuda itu menjawab," Mereka orang - orang yang baik budi pekertiya, senang menolong dan saling menghargai..Saya sangat senang tinggal di sana.. hanya sayangnya.. tugas dari pemerintahlah yang membuat saya harus pindah ke kampung seberang.
" Orang - orang di kampung seberang itu pun begitu perangainya..mereka sangat santun dan saling menghargai..". Si pemuda tersenyum mendengar jawaban itu dan setelah mengucapkan terima kasih ia pun menuntun kudanya dan kemudian menaikinya di tempat yang agak jauh agar tidak meninggalkan kepulan debu.
Mendengar jawaban yang berbeda tentang orang - orang di kampung seberang.. maka teman si orang bijak pun bertanya,"Mengapa jawaban yang engkau berikan tidak sama antara pemuda yang pertama dan yang kedua?, Apakah karena yang pertama sikapnya kurang patut?". "Bukan karena itu," jawab si orang Bijak,"Penilaian orang atas diri kita tergantung bagaimana penilaian kita terhadap diri sendiri..Bila kita menilai diri kita sendiri buruk seperti yang tergambar dari keterangan pemuda yang mengatakan bahwa di kampung sebelumbya buruk..maka begitulah yang akan kita hadapi di kampung sberang..sedang sebaliknya bila penilaian diri kita sendiri positif..maka di kampung seberang pun penilaian mereka pada diri kita akan posistif sehingga kita nyaman berada di tempat tersebut." Teman si orang bijak hanya manggut - manggut.
Memang di dunia ini tidak ada orang yang jahat dan orang yang baik.. jahat dan baiknya orang pada diri kita tergantung dari pembawaan diri kita terhapnya.. Bagaimana menurut anda?

Minggu, 06 Juni 2010

SUNGGUH - SUNGGUH

Seorang pemuda cuek mendatangi Sokrates dan berkata, " Wahai Sokrates yang maha bijak..Aku ingin berguru padamu." "Apakah aku sungguh-sungguh anak muda?", Tanya Sokrates. " Tentu sja Aku bersungguh -sungguh", jawab pemuda cuek tadi.
Maka Sokrates pun membawa anak muda itu dan menenggelamkannya ke dalam sungai selama tiga puluh detik, kemudian menganggkat kepala pemuda itu dan bertanya, " Wahai pemuda apa yang kau inginkan?" Pemuda itu menjawab,"Aku sungguh-sungguh ingin berguru padamu." Kemudian Sokrates menenggelamkan pemuda itu lagi, kali ini selama semenit dan kemudian mengangkatnya, dan bertanya," Wahai pemuda apa yang kau inginkan?" Pemuda itu menjawab sambil gelagapan," Udara.. Aku ingin udara!". Sokrates berkata," Jika kau menginginkan ilmu penngetahuan seperti menginginkan udara..maka datanglah kembali padaku untuk berguru."
Untuk mencapai tujuan di dunia ini maka Segala sesuatunya harus dilakukan dengan sungguh - sungguh. Bagaimana menurut anda?

Minggu, 30 Mei 2010

KISAH WORTEL, TELUR DAN KOPI

Ambillah sebuah Wortel, sebutir Telur dan sesendok Kopi.
Masukkan mereka ke dalam air dan didihkan selama kurang lebih 15 menit kemudian keluarkan dan lihat apa yang terjadi?
Wortel yang tadinya keras berubah menjadi lembek.
Telur yang tadinya rapuh berubah menjadi keras.
Sedang Kopi menghilang..namun airnya kini berubah menjadi hitam dan baunya..hemmm..harum!

Begitulah kehidupan ini!

Air yang mendidih itu ibarat kawah Candradimuka masalah..
Ada orang yang tadinya kuat, kemudian setelah di timpa masalah menjadi lemah seperti wortel.
Ada orang yang tadinya rapuh kemudian setelah ditimpa masalah menjadi orang yang keras jiwa dan raganya..apapun dilabraknya..seperti telur.
Jangan mau jadi Wortel atau telur..
Tapi jadilah seperti kopi.
Air yang mendidih tidak merubah sifat sang kopi.
Bukan lingkungan yang mempengaruhi kopi, tapi ialah yang mempengaruhi lingkungannya.
Air berubah menjadi kehitaman dan baunya...hemmm haruuuum..
Be Proaktif jangan Reaktif!! Bagaimana menurut anda?