Gempa 7,3 skala Richter yang mengguncang Jawa Barat tanggal 2 September 09 kemarin mengundang banyak simpati. Banyak saudara - saudara kita yang menderita akibat kehilangan harta benda ataupun orang yang dicintainya.
Kehilangan memang merupakan sesuatu yang Niscaya. Selama kita masih mau hidup di dunia ini kita harus siap untuk kehilangan. Jangankan harta benda ataupun sanak saudara. Nyawa kita pun bisa hilang.
Ketika kita kehilangan sesuatu sebenarnya kita kehilangan energi psikis yang kita berikan pada sesuatu itu. Entah itu pekerjaan, harta, orang yang kita cintai, anak - anak dan lain - lain. Makin besar cinta kita pada sesuatu itu, makin besar pula energi psikis yang kita berikan padanya. Dan saat kita kehilangan sesuatu itu, maka energi itupun ikut hilang bersamanya.
Hukum Kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi yang kita pikirkan hilang bersama sesuatu yang kita cintai itu tidaklah Gone with the Wind tetapi ia tetap ada..
Ketika kita kehilangan sesuatu..energi itu lepas dari sesuatu tersebut dan bahkan akan berbalik kepada kita. Akibatnya kita mengalami penambahan energi yang membuat kita jadi tertekan dan akhirnya depresi.
Ada beberapa tahapan yang harus kita lewati saat kita mengalami kehilangan. Cepat atau lambatnya kita melewati masing - masing tahapan bergantung dari kuat tidaknya atau besar kecilnya energi psikis yang kita berikan pada sesuatu tersebut. Tahap yang pertama ialah penolakan. Saat ini kita menolak kenyataan bahwa kita sudah berpisah dengan sesuatu tersebut.
Tahapan yang kedua disebut Anger atau kemarahan. Pada Tahap ini kita marah ataupun kecewa karena kehilangan sesuatu itu. Kita bahkan mengumpat saat pacar kita pergi meninggalkan kita atau mengutuk orang yang berhasil menduduki jabatan kita.
Tahap ketiga disebut tawar menawar. Saat ini kita mulai percaya bahwa sesuatu itu telah pergi dari kita dan kita mulai mencoba menerimanya, namun tentu saja itu masih sulit.
Tahap keempat disebut Depresi. Saat kita sudah mencoba tawar menawar, saat itulah kita mulai mengalami suatu dorongan agresi pada diri sendiri. Kita mulai menyalahkan diri sendiri, ' Apakah saya kurang baik?' Mungkin begitu yang kita rasakan saat seseorang pergi dari kehidupan kita. Atau 'Apakah saya seorang pemalas?' Saat rekan kita mengganti kedudukan kita. Saat agresi atau rasa bersalah itu terlalu menekan jiwa kita, bila kita tidak mampu memikulnya, timbullah berbagai gangguan. Sakit jantung, Pingsan, Depresi bahkan Gila bisa mengintai kita.
Tahap kelima adalah tahap penerimaan, saat kita sudah bisa menerima diri kita apa adanya. Saat kita sudah bisa menerima bahwa kehilangan itu adalah sesuatu yang Niscaya dan kita sudah bisa melanjutkan aktivitas kita lagi sebagaimana biasanya.
Menyakitkan atau tidaknya sebuah Kehilangan kembali bergantung pada diri kita sendiri. Kalau kita merasakannya sakit sekali yaa tentu saja jadinya sakit betulan. Tapi kalau pikirnya sakitnya hanya sekali, maka kita bisa lebih cepat pulih. Bagaimana menurut anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar